Mohammad Hatta
lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang
indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya.
Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan
bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah
anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia
telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul
perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong
Sumatranen Bond.
Sebagai bendahara Jong Sumatranen
Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan.
Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan
luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung
jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi
ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.
Masa Studi di Negeri Belanda
Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri
Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia
mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan
ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang
menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi
menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Hatta lulus dalam ujian handels
economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud
menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925.
Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu
dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta
pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang
politik.
Perpanjangan rencana studinya
itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari
1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang
berjudul "Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen"--Struktur
Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis
struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan
kebijaksanaan non-kooperatif.
Sejak tahun 1926 sampai 1930,
berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya,
PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi
politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga
akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang
berada di Eropa.
PI melakukan propaganda aktif di
luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa
dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu
Hatta sendiri yang memimpin delegasi.
Pada tahun 1926, dengan tujuan
memperkenalkan nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres
Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa
banyak oposisi, "Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres. Nama
"Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah
benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional.
Hatta dan pergerakan nasional
Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang Imperialisme dan
Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan di
Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan
dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo
Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di
Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey
(Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru
mulai dirintis sejak saat itu.
Pada tahun 1927 itu pula, Hatta
dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi "Liga Wanita
Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan" di Gland, Swiss. Judul
ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I' Independence (Indonesia
dan Persoalan Kemerdekaan).
Bersama dengan Nazir St.
Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta
dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928,
mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala
tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato
pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur
dengan nama "Indonesia Vrij", dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka.
Antara tahun 1930-1931, Hatta
memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah
Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk
mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932.
Kembali ke Tanah Air
Pada
bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri
Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932
dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik
dan ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan
politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan
Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada
kader-kadernya.
Reaksi Hatta yang keras terhadap
sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial
Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores,
terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul
"Soekarno Ditahan" (10 Agustus 1933), "Tragedi Soekarno" (30 Nopember
1933), dan "Sikap Pemimpin" (10 Desember 1933).
Pada bulan Pebruari 1934,
setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda
mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.
Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian
dibuang ke Boven Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor
Jakarta adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor
Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke
Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan
Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul
“Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”.
Masa Pembuangan
Pada
bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven
Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen,
menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah
40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal,
atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan
tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia
mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti
telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia
ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.
Dalam pembuangan, Hatta secara
teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan.
Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula
membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya
yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta
mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada
kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan
filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan
dengan judul-judul antara lain, "Pengantar ke Jalan llmu dan
Pengetahuan" dan "Alam Pikiran Yunani." (empat jilid).
Pada bulan Desember 1935, Kapten
Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan
Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya
berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr.
Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas
dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak
setempat dalam bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain.
Kembali Ke Jawa: Masa Pendudukan Jepang
Pada
tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada
tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang,
dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.
Pada masa pendudukan Jepang,
Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan
tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya,
apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian
sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan
menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam
pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan
Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap
Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu
yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu
didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada
bulan September 1944.
Selama masa pendudukan Jepang,
Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada
(sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan
banyak kalangan. Ia mengatakan, “Indonesia
terlepas
dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin
menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya.
Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke
dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali."
Proklamasi
Pada
awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan
Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua.
Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia,
sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.
Pada tanggal 16 Agustus 1945
malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi
dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang
berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang
terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan
Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks
proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi
yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata
yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke
ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti.
Soekarni mengusulkan agar naskah
proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan
Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh.
Tangal
17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno
dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi
di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.
Tanggal 18 Agustus 1945, Ir
Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad
Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo
Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus
merupakan satu dwitunggal.
Periode Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Indonesia
harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang
ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari
Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan
Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir
dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda.
Untuk mencari dukungan luar
negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal
Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama
Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi
Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai).
Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan
resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.
Kesukaran dan ancaman yang
dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19
Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan
Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat
Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana.
Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata.
Pada tanggal 27 Desember 1949 di
Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi
Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu
Juliana.
Bung Hatta juga menjadi Perdana
Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya
setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta
kembali menjadi Wakil Presiden.
Periode Tahun 1950-1956
Selama
menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan
ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap
menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan
koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan
cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta
mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia.
Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada
tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada
Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta
mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul
Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).
Pada tahun 1955, Bung Hatta
mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah
terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya
untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat
kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada
Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh
Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa
pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil
Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta
tetap pada pendiriannya.
Pada tangal 27 Nopember 1956, ia
memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam
ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan
itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul “Lampau dan
Datang”.
Sesudah Bung Hatta meletakkan
jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga
diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di
Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik
perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar
Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia
memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato
pengukuhan Bung Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”.
Pada tahun 1960 Bung Hatta
menulis "Demokrasi Kita" dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan
yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta
mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu.
Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus.
Hatta menikah dengan Rahmi
Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa
Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala
Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah
menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan
Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua
cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.
Pada tanggal 15 Agustus 1972,
Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa
Tanda Kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" pada
suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.
Bung
Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik
Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto
Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah
Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
Berikut Biodata dari Mohammad Hatta
Nama : Dr. Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980
Istri : (Alm.) Rahmi Rachim
Anak :
* Meutia Farida
* Gemala
* Halida Nuriah
Gelar Pahlawan : Pahlawan Proklamator RI tahun 1986
Pendidikan :
* Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916)
* Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
* Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921)
* Gelar Drs dari Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)
Karir :
* Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919)
* Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)
* Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda (1925-1930)
* Wakil delegasi Indonesia dalam gerakan Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, Berlin (1927-1931)
* Ketua Panitia (PNI Baru) Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)
* Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang (April 1942)
* Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Mei 1945)
* Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
* Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945)
* Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945)
* Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (Januari 1948 - Desember 1949)
* Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan menerima penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana (1949)
*
Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri
Kabinet Republik Indonesia Serikat (Desember 1949 - Agustus 1950)
* Dosen di Sesko Angkatan Darat, Bandung (1951-1961)
* Dosen di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1954-1959)
* Penasihat Presiden dan Penasihat Komisi IV tentang masalah korupsi (1969)
* Ketua Panitia Lima yang bertugas memberikan perumusan penafsiran mengenai Pancasila (1975)
sumber referensi:
- http://www.eramuslim.net/?buka=show_biografi&id=22
- http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/Mohammad_Hatta
Bagaimana Memilih Peluang Bisnis Yang Menjanjikan?
Banyaknya peluang bisnis yang sering kita temukan di internet seringkali membuat kita bingung, apalagi jika sistem yang mereka tawarkan seringkali tidak masuk akal... sudah istilahnya aneh-aneh, terkesan ribet untuk dipelajari, sehingga banyak orang merasa ragu-ragu untuk menjalankannya.
Menghadapi kondisi semacam ini tentunya anda harus jeli, kira-kira peluang bisnis apakah yang benar-benar menghasilkan dan tidak berisi kebohongan semata.
Dari sekian banyak peluang bisnis yang pernah ada, salah satu peluang bisnis yang banyak direkomendasikan adalah peluang bisnis yang ditawarkan oleh BlakBlakan.com.
Mengapa pilihan bisnis yang mereka tawarkan merupakan pilihan yang tepat bagi anda untuk memulai sebuah bisnis yang menjanjikan? Tentunya hal ini cukup berasalan, dimana mereka memberikan banyak sekali pemahaman dan penjelasan tentang bisnis yang mereka tawarkan.
Selain penjelasan yang lengkap, keuntungan yang bisa anda dapatkan di tempat ini juga banyak... mulai dari sistem, potensi penghasilan yang besar, produk yang berkualitas, pelatihan, dan masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya berikut sedikit gambaran yang bisa anda jadikan acuan untuk mencoba peluang yang ditawarkan oleh BlakBlakan.com:
* PERTAMA Di Dunia... Sistem Jaringan Yang “DIKAWINKAN” Dengan Sistem Affiliasi
Mungkin anda sudah sering mendengar istilah ini, yaitu peluang bisnis dengan sistem jaringan. Namun untuk sistem yang mereka gunakan berbeda dengan sistem jaringan pada umumnya.
Dimana sistem yang mereka miliki PERTAMA di dunia, yaitu... “PERKAWINAN” antara sistem jaringan dengan sistem affiliasi, sehingga jauh lebih mudah untuk anda jalankan dan jauh lebih banyak mendatangkan keuntungan!
* Bukan “Money Game”
Jika kita perhatikan, hampir sebagian besar peluang bisnis yang kita temukan di internet lebih cenderung ke “money game”.
Namun sistem dan peluang bisnis yang mereka tawarkan merupakan sistem jaringan yang dikombinasikan dengan sistem affiliasi -- dimana anda bisa memeriksa dengan gamblang terlebih dahulu program bisnis yang mereka tawarkan... sehingga anda tidak perlu khawatir dengan hal tersebut.
* Potensi Penghasilan Yang Tidak Terbatas
Sebagai sebuah sistem yang unik dan baru satu-satunya, anda mempunyai peluang yang besar untuk mendapatkan penghasilan tanpa batas, sepanjang anda serius menjalankan program yang ada pada BlakBlakan.com.
Dengan sistem yang mereka tawarkan, dan semakin serius anda menjalankan program ini, maka kesempatan untuk mendapatkan “passive income” bukan sebatas mimpi, namun bisa benar-benar menjadi kenyataan.
* Bisa Dilakukan Oleh Siapa Saja
Banyak orang yang beranggapan bahwa untuk menekuni bisnis internet dibutuhkan ketrampilan khusus, seperti pemrograman, design, dan segala “tetek-bengek” yang bagi sebagian orang mungkin sangat sulit untuk dipelajari.
Belum lagi istilah-istilah “njlimet” yang juga bikin kita pusing... seperti domain, hosting, server, atau apalah istilahnya.
Tapi anggapan semacam ini tidak selamanya benar. Mengapa?
Karena bisnis yang kami perkenalkan kepada anda merupakan bisnis yang mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, hal ini dikarenakan oleh... hampir semua sistem dan metode yang mereka miliki sudah SERBA OTOMATIS!
* Bisa Dilakukan Kapan Dan Dimana Saja
Salah satu alasan orang-orang mencoba bisnis internet adalah “fleksibilitas”. Hal ini memang benar adanya. Mengapa demikian? Tentunya karena bisnis internet tidak mempunyai ikatan kepada siapapun.
Hal ini juga berlaku dalam bisnis internet yang BlakBlakan.com tawarkan... yang menjadi bos adalah anda sendiri, sehingga anda bebas menentukan waktu, kapan dan dimana anda akan bekerja.
Namun anda juga harus bisa menyesuaikan “fleksibilitas” tersebut. Bukan berarti anda bisa bekerja seenaknya, bukan? Dalam menjalankan bisnis internet, anda tetap dituntut untuk bertanggung jawab, serius, dan mempunyai target tersendiri.
Dari penjelasan diatas, saya kira anda tidak perlu ragu lagi dengan peluang bisnis yang mereka tawarkan, sehingga tidak ada alasan lagi bagi anda untuk menundanya.
Jadi tunggu apalagi, TEKAN disini untuk bergabung GRATIS dengan komunitas BlakBlakan.com, karena kesuksesan sudah ada didepan mata anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar